[Latest News][6]

Kurikulum 2013

Mari Kita Belajar dari Doa Nabi Nuh dan Nabi Muhammad SAW

Belajar PAI. Mari Kita Belajar dari Doa Nabi Nuh dan Nabi Muhammad SAWDalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa kelak pada hari Kiamat, orang-orang berbondong-bondong menemui Nabi Nuh ‘alaihis salâm setelah sebelumnya mereka gagal meminta tolong kepada Nabi Adam. Mereka membutuhkan pertolongan dan meminta didoakan agar mendapat syafa’at dari Allah karena pada hari itu situasi di Padang Makhsyar sangat mencekam. Manusia saling memandang dan mencari siapa gerangan yang dapat diandalkan untuk memohonkan syafa’at kepada Allah SWT agar situasi yang mencekam dan cuaca yang sangat panas itu dapat dirasakan sebaliknya. Mereka berkata kepada Nabi Nuh ‘alaihis salâm:

يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ ، وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا ، فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ عَزَّ وَجَلَّ ، أَلا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ ؟ أَلا تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا ؟

“Wahai Nabi Nuh! Engkau adalah rasul pertama yang diutus kepada penduduk bumi, dan Allah telah menamakanmu hamba yang bersyukur. Tidakkah engkau dapat memintakan syafa’at untuk kami kepada Allah? Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami dan yang menimpa kami?”

Nabi Nuh ‘alaihis salâm menjawab: 

إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ

“ Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang sebenar-benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu do’a yang aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim!”

Dari apa yang dinyatakan Nabi Nuh ‘alaihis salâm di atas, kita tahu bahwa beliau mengalami kesulitan memberikan syafa’at dari Allah kepada manusia. Beliau sendiri membutuhkan syafa’at karena adanya satu kesalahan atau masalah yang beliau lakukan semasa hidupnya ketika berdakwah kepada kaumnya. Masalah itu adalah berkaitan dengan doa beliau sebagaimana termaktub dalam Surah Nuh, ayat 26 dan 27:

رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ و لاَ يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا

'Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir'.'' 


Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir besar yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang menolak beriman kepada Allah SWT. Peristiwa ini tidak hanya dikisahkan dalam Al Quran tetapi juga dalam kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Berbagai penyeledikan ilmiah juga telah dilakukan untuk menggali informasi lebih jauh tentang bencana besar tersebut. 

http://toriqpai.blogspot.com/2016/12/mari-kita-belajar-dari-doa-nabi-nuh-dan.html
Barangkali kita tidak pernah berpikir bahwa doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm di atas ternyata bermasalah di hadapan Allah SWT di Padang Makhsyar di akherat nanti. Doa itu Allah yang mengabulkan, tapi Allah marah besar kepada Nabi Nuh ‘alaihis salâm sehingga beliau sendiri membutuhkan syafa’at untuk terlepas dari kemarahan Allah SWT. Pertanyaannya kemudian, mengapa doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm itu bermasalah? 

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita bandingkan doa Nabi Nuh di atas dengan doa Nabi Muhammad SAW ketika beliau berdakwah di Thaif. Orang-orang Thaif tidak menyambut beliau dengan baik. Malahan mereka melempari Nabi Muhammad SAW dengan kotoran manusia dan batu hingga melukai kepala beliau dan berdarah. Melihat keadaan Nabi Muhammad SAW yang seperti itu, malaikat penjaga gunung tidak tahan dan tidak terima. Lalu mendatangi beliau dan menawarkan bantuan untuk menghimpitkan dua bukit, yakni Bukit Abu Qubais dan Bukit Ahmar, untuk mengubur hidup-hidup orang-orang Thaif karena menolak beriman kepada Allah SWT agar mereka binasa sebagaimana umat Nabi Nuh. Tetapi, bagaimana jawaban Nabi Muhammad SAW atas tawaran dari malaikat tersebut? Nabi Muhammad SAW menjawab:

"لا لا...عسى الله أن يُخرج من أصلابهم من يعبد الله "

“Jangan, jangan! Aku bahkan berharap dan berdoa Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah!”

Jika kita bandingkan doa Nabi Nuh  dengan doa Nabi Muhammad SAW tersebut, maka setidaknya ada dua perbedaan yang jelas:
  1. Nabi Nuh  seperti telah putus asa dalam berdakwah kepada umatnya karena sebagian besar dari mereka menolak dan tidak mau beriman kepada Allah SWT. Mereka bahkan menganggap Nabi Nuh  gila. Dengan penolakan seperti itu, Nabi Nuh  seperti tidak lagi memiliki kesabaran dan harapan bahwa mereka dan anak-anak turun mereka suatu ketika akan beriman kepada Allah. Hal seperti ini, tidak terjadi pada Nabi Muhammad SAW yang secara jelas tetap memiliki kesabaran dan harapan bahwa suatu ketika akan ada dari anak turun orang-orang Thaif yang akan beriman dan mengikuti jejak beliau. 
  2. Doa Nabi Nuh  yang memohon kepada Allah SWT untuk membinasakan umatnya agar lenyap dari muka bumi ini, sebenarnya doa negatif. Doa seperti itu sangat berbeda dengan doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad SAW. Beliau justru memohon kepada Allah SWT agar orang-orang Thaif yang menentang beliau tetap diberi hak hidup dan diberi keturunan. Nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah kelak di kemudian hari anak turun orang-orang Thaif mau beriman dan mengikuti jejak beliau.
عسى الله أن يُخرج من أصلابهم من يعبد الله

“Aku bahkan berharap dan berdoa Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah!”

Dari membandingkan bagaimana Nabi Nuh  dan Nabi Muhammad SAW berdoa terkait dengan umat masing-masing yang sama-sama menentang, kita tahu bahwa sekalipun setiap doa Allah yang mengabulkan, namun doa negatif atau tidak baik akan bermasalah di hadapan Allah SWT. Manusia harus mempertanggung jawabkan doa yang tidak baik itu kelak di hadapan Allah. Nabi Nuh  berdoa memohon agar umatnya dibinasakan dari muka bumi ini karena mungkin sangat marah dan putus asa. Allah memang mengabulkan doa itu meskipun sebenarnya Allah tidak menyukainya. Dan yang sangat menyedihkan adalah putranya sendiri bernama Kan’an dan istri beliau bernama Wali'ah termasuk yang binasa akibat doa itu dalam keadaan tidak beriman kepada Allah. Selain itu, Nabi Nuh  tidak diperkenankan memberikan syafa’at kepada orang lain. 

Belajar dari doa Nabi Nuh , kita perlu berlatih bagaimana menahan diri untuk tidak berdoa yang jelek. Semarah apapun kita kepada orang lain, kita harus belajar memaafkan dan jangan sampai mendoakan yang jelek-jelek. Dalam hal ini kita perlu meniru doa Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau didzalimi orang-orang Thaif, beliau tetap tidak marah, malah sebaliknya tetap mendoakan yang baik-baik. Berdoa memang baik, tetapi berdoa yang jelek sesugguhnya merupakan penyalah gunaan doa itu sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim:

من كان يؤمن با لله و اليوم الاخر فليقل خيرا اوليصمت

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diamlah.”

Berdoa adalah berucap atau berkata, baik hanya dalam hati maupun juga secara lisan. Maka ketika berdoa, berdoalah yang baik. Jika tidak bisa baik, maka lebih baik menahan diri untuk tidak berdoa terlebih dahulu. 

Sahabat blog yang berbahagia,
Lalu bagaimana dengan doa orang-orang yang didzalimi? Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ اِتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا

“Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, kerana doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah". 

Berdasar pada hadits tersebut, doa orang yang didzalimi mudah terkabul. Namun sebenarnya, hadits tersebut tidak dimaksudkan untuk mendorong atau membenarkan doa yang jelek bagi orang-orang yang telah didzalimi. Hadits itu lebih merupakan peringatan kepada kita semua untuk tidak melakukan kedzaliman kepada orang lain. Selain itu, hadits tersebut juga ditujukan kepada orang-orang yang didzalimi untuk menjaga hati dan lisannya agar tidak berdoa yang jelek karena mudah terkabul yang akibatnya justru bisa merugikan diri sendiri. Rasulullah SAW telah memberikan suri tauladan kepada kita semua untuk tidak berdoa yang jelek. Beliau lebih suka memaafkan dan mendoakan yang baik-baik kepada siapa saja yang telah mendzaliminya. Bagaimanapun beliau adalah rahmat lil alamin. Maka tak seorang pun alami celaka akibat doa-doa beliau. Rasulullah tidak pernah menyelakai orang lain. 

Demikian mudah-mudahan uraian di atas dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri saya sendiri dan para pembaca pada umumnya. Semoga kita semua selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk dapat menjaga hati dan lisan kita dari berdoa yang jelek-jelek. Amin... amin ya rabbal alamin

Referensi : nu.or.id


About Author Toriq

Wallohu A'lam Bisshowab.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search